Harga emas tidak hanya dipengaruhi oleh permintaan dan penawaran tetapi juga oleh situasi politik dan ekonomi global. Berikut penjelasan mengapa faktor eksternal ini mampu mendorong emas ke level yang lebih tinggi.
Ketegangan geopolitik seperti perang atau sanksi ekonomi sering membuat investor panik. Mereka mencari aset yang aman dan emas selalu menjadi pilihan utama. Contohnya ketika terjadi perang di Timur Tengah atau ketegangan AS-China harga emas biasanya langsung meroket.
Nilai dolar AS juga berbanding terbalik dengan harga emas. Ketika dolar melemah harga emas cenderung naik karena emas dihitung dalam dolar. Sebaliknya jika dolar menguat emas mungkin stagnan atau turun sedikit. Ini karena investor lebih memilih mata uang yang kuat.
Resesi ekonomi global juga memicu kenaikan emas. Saat pertumbuhan melambat dan pasar saham bergejolak banyak orang beralih ke emas untuk melindungi kekayaan mereka. Krisis finansial 2008 dan pandemi COVID-19 adalah contoh di mana harga emas mencapai rekor tertinggi.
Selain itu kebijakan moneter longgar (pelonggaran kuantitatif) oleh bank sentral besar seperti The Fed atau ECB membuat likuiditas uang melimpah. Uang murah ini sering mengalir ke komoditas seperti emas sehingga harganya terdorong naik.
Terakhir sentimen pasar dan spekulasi juga berperan. Ketika media ramai membahas prospek kenaikan emas banyak orang ikut membeli karena takut ketinggalan. Hal ini menciptakan efek domino yang mendongkrak harga lebih tinggi lagi.
Dengan memahami kaitan antara geopolitik ekonomi dan harga emas Anda bisa lebih siap menghadapi fluktuasi pasar di masa depan.